Dr. Hasrullah, MM : "Bukber Nuansa Tradisional Angkat Kearifan Lokal dan Ekonomi Umat Di Masjid Nurul Ittihad Kalukuang - Makassar"


"Buka bersama (Bukber) kali ini nuansanya tradisional, kami mengajak para pedagang kue tradisional, seperti penjual Buroncong Keliling dan Bassang sebagai bentuk kepedulian pada pelaku usaha kecil, sekaligus memberdayakan ekonomi umat sekaligus mengangkat kearifan lokal".


realitasnews.net -- Makassar -- Memberi buka puasa pada orang yang berpuasa, sama pahalanya dengan orang yang berpuasa (hadits). 
Dalam momentum bulan suci Ramadhan ini, jajaran  Pengurus Masjid Nurul Ittihad, yang berlokasi di jalan Pettaponggawa nomor 91, Kelurahan Kalukuang, Kecamatan Tallo, Makassar, Sulawesi Selatan, dalam program kerjanya menjadi skala prioritas setiap memasuki bulan puasa, rutin mengadakan buka puasa bersama.


Menurut Ketua Yayasan Mesjid Nurul Ittihad Kalukuang, Dr. Hasrullah, MM., menjelaskan setiap tahunnya saat memasuki bulan Ramadhan, masjid kami ini selalu melaksanakan Buka Puasa berjamaa  sebulan penuh.

Namun kali ini, kata Hasrullah, pengurus yayasan ingin menampilkan sebuah yang bernuansa mengangkat kearifan budaya lokal dengan memberdayakan pedagang kue tradisional, khususnya pedagang kue buroncong dan bassang serta lainnya.



"Jadi menu buka puasa kali ini nuansanya tradisional, kami mengajak para pedagang kue tradisional sebagai bentuk kepedulian pada pelaku usaha kecil, sekaligus memberdayakan ekonomi umat," ungkap Hasrullah saat memantau acara buka bersama, pada Ahad, 02/04/2023, di area masjid Nurul Ittihad Kalukuang.

Lanjut Dosen Pascasarjana Fisipol Unhas ini menjelaskan, dengan menghadirkan menu khas tradisional Bugis - Makassar ini, sekaligus memperkenalkan kue tradisional tersebut kepada generasi penerus yang lebih banyak mengenal jajanan kekinian.

"Dua jenis kue tradisional yakni, buroncong atau kue pancong dan bassang yang berbahan dasar jagung pulut harus dilestarikan sebagai hasil karya budaya nusantara," jelasnya.

Sementara itu, Penasehat dan Pendiri Masjid Nurul Ittihad Kalukuang, H. Karim Amrullah yang merupakan salah seorang, keluarga pejuang melawan Westerling seusai kemerdekaan tahun 1948 menyebutkan, nilai kejuangan dari 10 orang pendiri masjid masih mengalir pada para pengurus dan warga Kalukuang.



Hal itu terbukti dari kepedulian membantu masyarakat kecil dan juga semangat untuk membangun masjid yang sudah keempat kalinya dibangun dengan dana swadaya dari masyarakat setempat dan juga warga Sulawesi Selatan yang merantau di berbagai daerah serta seluruh elemen masyarakat dan jamaah.

Lanjut H. Karim memaparkan, sejak awal pembangunan masjid pada Tahun 1948 diprakarsai oleh para pejuang yang berada di sekitar kalukuang. Selanjutnya pada tahun 1966 dilakukan renovasi, kemudian dilakukan pembangunan pada 1978 dengan dana swadaya masyarakat.

"Selanjutnya pada 11 Januari 2021, yang ketua yayasannya Dr. Hasrullah, dilakukan peletakan batu pertama pembangunan ulang dan kini sudah 99 persen masjid ini rampung dan menelan biaya hingga Rp5  miliar lebih," katanya.



​​​​​​Sementara itu, salah seorang pedagang kue tradisional Rasyid menuturka, sangat bersyukur dilibatkan dalam menyiapkan menu khas Bugis Makassar.
"Sebelumnya makasih banyak pak ketua yayasan masjid Nurul Ittihad Kalukuang dan jajarannya, karena saya tidak keliling lagi menjual kasihan," tutur Rasyid.

​​​​​​Sebelumnya, lanjut dia, ia hanya menjajakan kue Buroncong berkeliling dari kompleks ke kompleks untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan biaya sekolah untuk tiga orang anaknya.

Suasana jamaah menunggu buka puasa dengan menu kue tradisional Buroncong dan bassang serta aneka kue yang dibawa oleh jamaah dan masyarakat yang berada disekitar Masjid Nurul Ittihad Kalukuang, di Makassar. (Insaf)

Posting Komentar

0 Komentar