Budaya Noken di Papua Simbol Perdamaian

Mungkin banyak orang belum tahu apa yang dimaksud dengan Noken, bagaimana bentuk dan pemakaianya. Lalu kenapa Noken disebut simbol perdamaian di masyarakat Papua, khususnya di Nabire.

Berikut laporan wartawan Daeng Sila dari Nabire

Noken merupakan sumber kehidupan dan kesuburan bagi orang Papua, lebih khusus perampuan-perempuan Papua. Pasalnya, Noken bagi orang Papua merupakan symbol perdamaian dan juga kesuburan bagi masyarakat di tanah Papua. Dalam bahasa bahasa etnis Papua sekitar 250 suku bangsa menyebut noken menurut pemahaman dan pengertian mereka masing masing sesuai dengan alam serta lingkungan hidup mereka.

Noken bisa disebut kantong atau noken boleh berbeda sesuia dengan suku masing-masing tapi pengunaannya dan manfaatnya pasti sama yaitu untuk menampung atau menyimpan hasil bumi seperti petatas, ubi dan keladi. Bahkan ada beberapa suku di Papua yang menggunakan noken untuk menggendong bayi mereka dan juga anak-anak babi.

Sebut saja misalnya masyarakat di kepulauan khusunya di Nabire,  atau di kampung dogiae,  noken dalam wos disebut Inokson. Sedangkan masyarakat Nabire khususnya mereka yang tinggal di Harlens mencakup Moor, Mambor, Hariti dan Ahe yang menyebut noken dalam bahasa Moor yaitu ”Aramuto”. Bagi orang Marind di Kabupaten mengenal noken dengan sebutan “Mahyan”. Lain halnya dengan orang Dani di Lembah Balien yang menamainya “Su”.

Namun perubahan jaman terus terjadi mulai dari jaman batu, hingga sekarang ini terutama dengan masuknya pihak Zending dan Agama Katolik di Papua banyak membawa dampak pudarnya budaya-budaya lokal.
Noken sudah tidak dianggap lagi sebagai sesuatu yang penting dalam kehidupan sehari hari terutama sebagai symbol budaya. Karena sekarang ini noken sudah bukan lagi milik suku - suku di Papua tetapi milik semua orang. Hingga tak heran kalau ada merek noken dari luar Papua dengan kualitas yang bagus dan kuat. Sehingga lama kelamaan nama noken pun seakan akan pudar.

Menurut ondo api (kepala suku) saat di temui wartawan di Kantor Museum Kebudayaan Negeri Papua baru-baru ini, sebagaimana struktur budaya Papua yang kompleks, noken juga memiliki konsep biologi, geografi, teknologi, etnografi hingga filosofi yang terkait satu dengan lainnya. Biologi adalah serat yang diambil dari pohon untuk membuat noken dan juga daun tikar;  Geografi mempunyai kekayaan Alam yang bisa dijadikan apa saja; Etnogarafi adalah ilmu yang mengatur suku bangsa, focus pada suatu benda atau kegiatan tentang kebudayaan;  Filosifinya, ditransferkan kepada anak-anak muda supaya mempertahakan budaya nenek moyang,” ujarnya.

“Karena untuk membawa makanan, maka mereka harus berupaya membuat wadah untuk mengangkut makanan ke wilayah lain. Maka terciptalah suatu ide untuk membuat tas atau di Papua disebut Noken. Membuat noken dulunya memakai daun kelapa dan daun tikar, kemudiian dianyam menjadi noken. Tapi ada daerah tertentu yang mengunakaan pelepah pohon sagu dibuat noken dengan sebutan kamboki. Kemudian diganti dengan serat kulit kayu untuk dijadikan noken,” jelasnya.

Menurut pantuan wartawan RN, bahwa sampai saat ini, masih ditemukan di kota-kota Papua, rata-rata yang memakai Noken menyusuri jalan kota, tanpa alas kaki dan penuh barang itu kaum wanita. Jadi, tampak pemandangan yang penuh pesona. (RN/Sila)

Posting Komentar

0 Komentar