Legenda Makam Batu Layar di Kota Mataram

Selain Masjid Kuno Bayan Beleq, Makam Selaparang dan Loang Baloq yang sering menjadi tujuan wisata religi, Lombok masih menyimpan destinasi lainnya yang serupa yakni makam Batu Layar yang menurut kepercayaan setempat menjadi makam keturunan Nabi Muhammad SAW. Ada juga yang mengatakan, makam tersebut merupakan tempat peristirahatan tokoh Islam berkebangsaan Baghdad bernama Sayid Duhri Al Haddad Al Hadrami.

Laporan Adwin dari Kota Mataram NTB

Sayid Duhri Al Haddad Al Hadrami dipercaya sebagai salah satu tokoh penyebar agama Islam di Indonesia. Beberapa publikasi yang lain menyebut nama tokoh Baghdad yang datang bernama Syeh Syayid Muhammad Al Bagdadi. Entah mana yang benar, namun alkisah ia datang ke Lombok untuk melakukan syiar agama. Setelah agama Islam sempurna, ia ingin kembali ke negara asalnya. Saat akan pulang ia diantar ke pinggir pantai Batu Layar oleh para muridnya. Setelah tiba di pinggir pantai, ia duduk diatas batu yang menyerupai sebuah batu. Tak seberapa lama datanglah hujan lebat disertai dengan angin dan peting. Pada saat itulah Syeh Sayid menghilang dan yang tertinggal hanyalah seonggok batu tersebut. Cerita itu pun kemudian melahirkan kisah bahwa yang dimakamkan di makam Batu Layar bukanlah jasad Syeh Sayid namun kopiah dan sorban yang ia tinggalkan.
Itu sebabnya mengapa makam ini disebut sebagai malam keramat dan sering digunakan sebagai tempat untuk membayar nazar. Yang dimaksud nazar adalah janji yang biasanya diucapkan oleh seseorang sebagai bentuk permohonan jika maksudnya terkabul. Beberapa nazar yang sering diungkapkan oleh para peziarah makam Batu Layar adalah nazar akan berziarah ke makam ini jika keinginan mereka berangkat haji atau umroh tercapai. Itu mengapa saat menjelang musim haji, makam Batu Layar ramai dikunjungi mereka yang akan berangkat ke tanah suci. Kabarnya, tak cuma wisatawan dari Lombok saja yang mengunjungi makam Batu Layar, tetapi juga wisatawan dari luar pulau.
Makam Batu Layar mencapai puncak ramai saat perayaan lebaran topat, yakni lebaran yang diselenggarakan tepat 7 hari setelah Idul Fitri. Lebaran topat bahkan sudah menjadi kegiatan rutin yang diselengarakan oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Barat. Diawali dengan tradisi Nyangkar oleh Wakil Bupati Lombok. Dalam tradisi Nyangkar terdapat prosesi pengambilan air lingkuk emas untuk bejanjam. Bejanjam adalah membasuh wajah anah-anak dengan harapan kelak mereka menjadi anak yang saleh. Sedangkan air lingkuk emas diambil dari kaki bukit Batu Layar yang keberadaannya diketahui sebelum zaman Belanda. Sebelum mengambil air ini ada beberapa sesajen yang harus disiapkan yakni penginang pidade yang diisi tokok lekes, jembung kuning tempat ceret, beras kuning, empok-empok dan kejamas. Setelah itu ada proses nguris rambut  yakni memotong rambut bayi.
Lokasi makam yang berada di Lombok Barat ini berjarak sekitar 9 km ke arah utara kota Mataram.
Makam Loang Baloq adalah Makam yang di keramatkan yang terletak di Kota Mataram, tepatnya di wilayah Kecamatan Sekarbela. Dulunya termasuk wilayah Kecamatan Ampenan. Sejarah memberi Napaktilas untuk Sang Wali Gaos yang bernama Maulana Syeikh Gaos Abdurrazak.

Menurut Penjaga Makam bahwa dahulunya,para peziarah dari Gubuk Batumediri dan masyarakat di pinggiran pantai memiliki penamaan yang khusus untuk sang Wali gaos,Yaitu dengan sebutan jejuluk “Toaq bayan udang”, karena pekerjaan sehari harinya adalah sebagai pengodong (penangkap udang).
Dari beberapa sumber mengatakan bahwa sang Gaos berasal dari Timur tengah yaitu Baghdad dan pertama kali menginjakkan kakinya di Bayan yang kemudiannya bermukim di Kampung Batumediri. Di desa desa pinggiran pantai beliau sangat ditokohkan kerena keilmuannya di bidang agama (Islam).
Maulana Syeikh Gaos Abdurrazak tidaklah sendirian, ia bersama satu orang pengiringnya atau orang yang paling dekat dan di anggap paling setia bersamanya,tatkala dimana dan kemana Syeh Gaos berada,oleh masyarakat sekitarnya pengiring setia Syeikh Gaos itu yang di sebutnya dengan nama Datoq laut. Nama itu berkembang di wilayah kampung Batumediri. Beliau di sebut Datoq Laut karna orang orang yang sedang beraktifitas di tepi pantai itu melihatnya sang Datoq sering berjalan di atas permukaan air Laut. sang Datuk laut tidak pernah diketahui darimana asal usulnya.
Makam Maulana Syeh Gaos yang asli pada mulanya berada di karang Seme (tepatnya dipinggir jalan) yang berada didepan pekuburan atau di luar komplek pekuburan karang Seme. Kekeramatan sang gaos mulai nampak pada saat keangkuhan orang-orang yang menganggap diri Penguasa (monarehi absolut) saat itu. Instruksi lisan dari sang penguasa saat itu (sekitar tahun 1700an) Sang Penguasa pada Zaman itu menginstruksikan agar makam asli sang gaos dipindahkan demi sebuah citra yang menurunkan kewibawaannya yang Riaq Besar.
Akhirnya sang gaos makamnya harus pindah ketempatnya yang sekarang yaitu dipekuburan umum loang baloq sehingga masyarakat seantero jagat lombok mengenalnya dengan sebutan makam loang baloq. Dalam sejarah kehidupannya diceritakan oleh Narasumber bahwa hasil tangkapan atau hasil kodongnya yang berupa ikan udang dijual atau dipasarkan oleh sang datoq (datoq laut).
Keikhlasan mereka berdua meninggalkan bongkahan amal yang tak mungkin dilupakan masyarakat sampai kapanpun. Misterinya Syeikh Gaos Abdurrazak dan Datoq laut dimakam keramat ini dilengkapi juga dengan kehadiran makam Anaq iwok,Anak iwoq adalah berarti seseorang yang tidak memiliki Ayah,Ibu dan sanak saudara,yang hidupnya sebatangkara. menurut keterangan para peziarah yang sering datang kesitu,konon mereka mendapatkan keberkahan dan kedamaian dari Allah swt.

Posting Komentar

0 Komentar