Oleh
Nyonk Supriyadi
Selama ini, memang keresahan masyarakat semakin mencekam, karena ulah kekerasan begal merambat hingga kemana mana. Aparat keamanan bekerja keras untuk mengatisipasi ulah itu, hampir seluruh tempat yang dianggap rawan, dijaga ketat dan itu terjadi setelah begal di bakar.
Ada orang mengatakan, begal
merajalela dikarenakan aparat keamanan yang kurang melakukan tidakan tegas,
sehingga warga bertindak sendiri. Desas desus
muncul setuju atau tidak setuju dari masyarakat akan tindakan itu,
seperti menjadi dinamika “baru”.
Begal dibakar hingga hangus,
menjadi pemandangan yang memilukan hati. Dari kejadian itu aparat keamanan
meningkatkan tugas dengan ketat dan melakukan pejagaan khusus, tapi bisakah
upaya itu akan jadi jaminan sepenuhnya bahwa dengan itu orang akan beranjak
dari kecenderungan kelakuan berbuat keji. “Biarlah itu terjadi, saya pasrah aja
anak saya dibaka,” keluh dari ibu sang begal.
Dikalangan psikologi sosial
mengatakan, sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi setiap
pribadi untuk mengekspresikan nilai yang ada pada dirinya. Dan hal ini mencerminkan
pula keadaan sisitim nilai dari lingkungan dimana pribadi itu berada dan
sakaligus sebagai bagian dari lingkungan itu.
Bukankah yang mendasari penilaian
itu salah satu diantaranya adalah keyakinan yang diperpegangi oleh setiap
pribadi. Maka orang bertingkah laku sudah tentu
makna dari keyakinannya. Warga membakar begal, orang melakukan aksi
begal serta ibu itu pasrah menerima mayat anaknya yang hangus terbakar adalah
hasil pemaknaan dari suatu keyakinan.
Perisitiwa itu seperti jadi
isyarat dari keyakinan ini bahwa aturan dan tata tertib, bagimanapun keadaan
yang dialami pada kehidupan ini, ada nilai nilai luhur yang selalu bergolak dari
dalam diri setiap pribadi, yaitu Isyarat yang “membakar” manusia untuk berubah
kedalam budi pekerti--untuk mensucikan dirinya agar saling mengingatkan dalam
kebaikan.
Bukan membakar yang membuat
penyiksaan, merampas hak orang antara satu dengan yang lain hingga mengorbankan
jiwa orang yang dilakukan dengan hati yang ringan.
Penulis adalah Budayawan dan Pemerhati Sosial Politik dan Lingkungan Hidup, Tinggal Di Jakarta
0 Komentar