Pengembangan Teknolgi Nuklir Damai

Mungkin dibenak sebagaian orang, pengembangan Teknologi Nuklir merupakan pembangunan yang sangat berbahaya. 


Pasalnya, berbagai tragedi nuklir telah menjadi catatan sejarah umat manusia di belahan dunia.
Namun, tidak sedikit negara adidaya justru memproduksi nuklir sebagai pembangkit tenaga listrik dan pengembangan teknologi pertanian dan industri.
Indonesia, di samping sebagai negara terbesar dalam organisasi negara-negara Asia Tenggara (ASEAN), juga merupakan negara dengan teknologi nuklir paling maju.
Hal itu dikatakan anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Muhammad Najib di sela Seminar Maintaining a Southeast Asia Free of Nuclear Weapons di Jakarta, Selasa (12/2).
Najib mengatakan Indonesia saat ini sudah memiliki tiga reaktor nuklir. "Yang pertama didirikan itu di Bandung, lalu Kartini di Yogya, dan di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknolog (Puspiptek)," kata dia.
Teknologi nuklir yang dimiliki Indonesia saat ini, kata dia, sudah mampu menghasilkan bibit-bibit tanaman baru dan obat-obatan. 
Indonesia juga sudah berhasil mempengaruhi ASEAN supaya menjadi kawasan bebas senjata nuklir. Langkah itu mendapat apresiasi dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Selain itu, lanjut dia, baik pemerintah maupun DPR sudah memutuskan Indonesia tidak akan mengembangkan kemampuan teknologi nuklir untuk membuat senjata nuklir. "Kita hanya mengembangkan untuk tujuan damai seperti energi, kesehatan, pertanian, peternakan atau hal lain yang bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan," jelas Najib.
Sementara itu, Pengembangan Tenaga Nuklir yang acapkali disebut sebagai ancaman dunia, ternyata ditepis oleh Pemerintah Iran, bahkan Iran serius mengikuti perundingan nuklir dengan enam kekuatan dunia, dan mencatat bahwa pembicaraan tidak akan merusak niatnya untuk mengembangkan teknologi nuklir untuk tujuan sipil atau kemaslahatan umat manusia.
"Kami telah mengumumkan bahwa kami terlibat pembicaraan dengan serius dan tekad politik. Niat dan tekad Tehran juga tidak berubah untuk memiliki teknologi nuklir damai," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Marzieh Afkham pada hari Rabu (25/6), seperti dilansir Press TV.
Dia meminta kekuatan dunia yang terlibat dalam pembicaraan dengan Tehran untuk menunjukkan keseriusan dalam negosiasi guna memuluskan jalan bagi kesepakatan final.
Iran dan enam kekuatan dunia - Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Rusia, Cina dan Jerman - telah membahas cara-cara untuk menghapus perbedaan dan mulai menyusun kesepakatan final, yang akan mengakhiri sengketa panjang terhadap program energi nuklir Tehran.
Iran dan Barat telah menandatangani kesepakatan interim di Jenewa pada 23 November 2013. Putaran berikutnya pembicaraan akan diselenggarakan di Wina pada 2 Juli.
"Kami menghadapi sebuah perundingan yang teknis dan alot. Kami berharap kesepakatan akan dicapai dengan sikap realistis yang ditunjukkan oleh Barat," ujar Nyonya Afkham.
"Terlepas dari hasil yang akan kita capai dalam pembicaraan nuklir, program nasional kami akan mengikuti kursus normal," tandasnya.
Pada 18 Juni, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan kedua pihak mulai menyusun teks kesepakatan final meskipun masih tersisa perbedaan "fundamental." Menurutnya, jika pihak lain menunjukkan kemauan politik, kesepakatan yang komprehensif dapat dicapai. (Kaskus/IRIB/RM/RN)

Posting Komentar

0 Komentar