BPS : "Jumlah Penduduk Miskin Terus Bertambah"

Jumlah penduduk miskin di Indonesia terus menuai teka-teki. Pasalnya, diera pemerintahan SBY jumlah penduduk miskin disebutkan menurun. 


Ironisnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia hingga Maret 2014 mencapai 28,28 juta orang, atau bertambah 110 ribu orang jika dibandingkan dengan periode Maret 2013 sebesar 28,17 orang.

Bertambahnya penduduk miskin itu juga seiring dengan naiknya garis kemiskinan pada periode Maret 2103-Maret 2014 sebesar 11,45%, dari Rp271.626 per kapita per bulan menjadi Rp302.735 per kapita per bulan.

Penduduk miskin didefinisikan sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.

Kepala BPS Suryamin menjelaskan bertambahnya penduduk miskin disebabkan sepanjang Maret 2013-Maret 2014 terjadi hujan-hujan berkepanjangan yang berpengaruh terhadap sektor pertanian. ''Hujan deras membuat banyak yang tidak bisa bekerja. Faktor cuaca ini juga membuat panen bergeser,'' katanya dalam jumpa pers di Jakarta, kemarin.

Suryamin menambahkan, komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar terhadap garis kemiskinan ialah beras. Untuk di perkotaan sumbangan terhadap garis kemiskinan sebesar 25,14% dan di perdesaan 32,89%.

Menurutnya, persoalan kemiskinan bukan sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin, melainkan juga tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan tersebut. Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung mengakui masih bertambahnya penduduk miskin itu disebabkan perlambatan ekonomi dan rendahnya kualitas pertumbuhan.

''Pengurangan penduduk miskin ialah sebuah keniscayaan (keharusan). Tapi kalau pertumbuhan ekonomi kita enggak tinggi dan kualitasnya juga enggak masuk kepada sektor yang memberikan keberpihakan kepada masyarakat miskin, ya, begini hasilnya,'' tukas Chairul.

Menurut Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Hendri Saparini, ada dua hal yang dapat dilakukan untuk menekan angka kemiskinan. Pertama, memenuhi kebutuhan dasar masyarakat yang tidak produktif secara ekonomi. Kedua, masyarakat miskin yang berada pada usia produktif harus bekerja.

''Sekarang tidak. Siapa pun yang miskin, berapa pun usianya, dapat raskin dan BLT. Harusnya mereka diberdayakan secara ekonomi,'' ujarnya. (RN/01)

Posting Komentar

0 Komentar