“Beda”

Oleh Supriyadi AM

Diceritakan oleh ilmuan bahwa; Kajian dari berbagai peninggalan purbakala selalu menunjukkan --- dimanapun manusia pernah hidup, disitu ditemukan jejak-jejak ke patuhan beragama meski satu sama lain berbeda bentuk cara dan obyeknya. Ada dengan cara menari nari sambil melantungkan pujian suci, ada yang diam dalam sebuah pemujaan sambil mengadahkan tangan,  seperti orang yang baru saja usai melakukan rangkaian kekeliruan. Dan berbagai cara yang mereka gelar yang kesemuanya menunjukkan bahwa; manusia butuh agama yang menghubungkan dirinya dengan yang mutlak, suci, esa dan maha kuasa.

Dalam sabda Nabi, disampaikan bahwa; ada dua golongan bagi orang-orang yang beragama;  yaitu golongan yang meyakini agama sebatas tenggorokannya dan golongan yang meyakini agama sampai di relung hatinya. Mungkin itu sebabnya, kerakusan, kebrutalan, kekerasan, intoleran, dan perangai kebiadaban yang tak peduli kehormatan orang lain di temukan dari orang-orang yang setia menjalankan agama.

Selanjutnya keagungan, kemuliaan, kelembutan, ketenangan dan perasaan kasih sesama dijumpai pula dari orang yang tekun menjalankan agama. Kemunculan kedua golongan itu. Seperti kodrat yang tak dapat ditampik dan di habisi oleh sejarah.

Lalu bagaimana kedua penganut agama itu bisa mengatasi dirinya ?
Entahlah, tapi barangkali memang Tuhan mengaruniakan perbedaan itu, agar orang beragama tahu - untuk meraih keteguhan suatu keyakinan, maka pelaku agama harus menempuh jalan ditengah kerumunan perbedaan.  Dan memang kenyataan menyajikan kepada kita bahwa; dari pebedaan itulah melahirkan saling pengertian dalam beragama, hingga bijak bestari berkata;  kita boleh berbeda keyakinan dalam memahami tentang-Nya, tapi kita tak boleh memaksakan orang lain untuk menyerupai keyakinan kita. Karena mengenal keberadaan-Nya --- yang tak berhingga itu hanya kita dengan Tuhan---yang tahu, yang tak ada lagi selain-Nya. Allahu’alam.

(Penulis Budayawan dan Spritual)

Posting Komentar

0 Komentar